Malam Pengrupukan dan Lomba Ogoh-ogoh di Temukus

''bison''(1363)Sehari sebelum hari raya Nyepi biasanya umat hindu mengadakan upacara tawur atau mecaru di persimpangan-persimpangan jalan. Upacara ini sering juga disebut upacara malam Pengrupukan. Di banjar adat bingin banjah di adakan di depan bale banjar setempat. Krama banajar tumpah ruah untuk melakukan persembahyangan yang di pimpin oleh pemuka agama setempat. Upacara ini bertujuan untuk “nyomnye” tau memberi sesajen (caru) kepada buta kala-buta kala agar tidak mengganggu umat pada saat melaksanakan catur brata penyepian. Setelah mereka selesai sembahyang krama lanjut kerumah masing-masing dengan membawa tirta (air suci) untuk mereka juga melaksanakan pecaruan di rumah masing-masing tau sering disebut dengan “mebuu-buu”. Dengan mengitari rumah dan membawa alat pecaruan seperti kulkul,sapu lidi,tektekan,danyuh, dan pelepah kelapa tujuannya juga sama yaitu nyomnye buta kala yang ada dirumah kita dan mengitari rumah sebanyak 3 kali searah dengan putaran jarum jam. Nah itulah prosesi upacara pengrupukan secara umum di bali. Baca Selengkapnya 🙂