MAKNA HARI RAYA NYEPI

Hari Raya Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka (Penanggal Ping Pisan Sasih Kadasa). Hari Nyepi jatuhnya pada sasih kedasa yaitu penaggal ke pertama di sasih ke dasa, sedangkan Tilem ke IX (kesanga) adalah penutup tahun saka, dimana pada tilem ke sanga diadakan pawai ogoh-ogoh yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Makna dari Nyepi adalah membuat suasana hening, tanpa kegiatan (amati karya), tanpa menyalakan api (amati geni), tidak keluar rumah (amati lelungaan), dan tanpa hiburan (amati lelanguan), yang dikenal dengan istilah “Catur Berata Penyepian”. Di hari itu umat Hindu melakukan tapa, berata, yoga, samadhi untuk mengadakan koreksi total pada diri sendiri, serta menilai pelaksanaan trikaya (kayika = perbuatan, wacika = perkataan, manacika = pikiran) di masa lampau, kemudian merencanakan trikaya parisudha (trikaya yang suci) di masa depan.

Tujuan Hari Raya Nyepi

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa, untuk menyucikan Buwana Alit (alam manusia) dan Buwana Agung (alam semesta). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan bagian dari rangkaian perayaan yang lebih besar.

Tawur (Pecaruan), Pengrupukan, dan Melasti

Sehari sebelum Nyepi,

Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Tahap terakhir adalah melasti, yaitu menghanyutkan segala leteh (kotoran) ke laut, serta menyucikan pretima. Upacara ini dilakukan di laut, karena laut dianggap sebagai sumber amerta. Selambat-lambatnya pada tilem sore, melasti harus selesai.

Nyepi

Keesokan harinya, yaitu pada panglong ping 15 (atau tilem Kesanga), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini dilakukan puasa Nyepi yang disebut “Catur Brata Penyepian” dan terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Brata ini dilakukan sejak sebelum matahari terbit. Menurut umat Hindu, segala hal yang bersifat peralihan, selalu didahului dengan perlambang gelap. Misalnya seorang bayi yang akan beralih menjadi anak-anak (1 oton/6 bulan), lambang ini diwujudkan dengan ‘matekep guwungan’ (ditutup sangkar ayam). Wanita yang beralih dari masa kanak-kanak ke dewasa (Ngeraja Sewala), upacaranya didahului dengan ngekep (dipingit). Demikianlah untuk masa baru, ditempuh secara baru lahir, yaitu benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam caka/tahun baru pun, dasar ini dipergunakan, sehingga ada masa amati geni.

Intisari dari perlambang-perlambang lahir itu (amati geni), menurut lontar “Sundari Gama” adalah “memutihbersihkan hati sanubari”, yang merupakan kewajiban bagi umat Hindu.

Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga ( menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).

Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru. Kebiasaan merayakan hari raya dengan berfoya-foya, berjudi, mabuk-mabukan adalah sesuatu kebiasaan yang keliru dan mesti diubah.

Ngembak Geni (Ngembak Api)

Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada tanggal “ping pisan (1) sasih kedasa (X)”. Pada hari inilah Tahun Baru Saka tersebut dimulai. Umat Hindu bersilaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga, saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain. Dengan suasana baru, kehidupan baru akan dimulai dengan hati putih bersih. Jadi kalau tahun masehi berakhir tiap tanggal 31 Desember dan tahun barunya dimulai 1 Januari, maka tahun Çaka berakhir pada “panglong ping limolas (15) sasih kedasa (X)”, dan tahun barunya dimulai tanggal 1 sasih kedasa (X).

About ST PUTRA SESANA BIBAN
KAMI SEKAA TRUNA TRUNI PUTRA SESANA BANJAR ADAT BINGIN BANJAH DESA PAKRAMAN TEMUKUS. SEKAA INI DIBENTUK BELANDASKAN ATAS NILAI - NILAI ADAT BALI DAN AJARAN AGAMA HINDU. DALAM BOG INI, KAMI INGIN BERBAGI INFORMASI MENGENAI KEGIATAN YANG KAMI LAKUKAN SEBAGAI BAHAN EDUKASI KITA SEMUA DEMI KEAJEGAN DAN KEMAJUAN ADAT BALI DAN HINDU.

3 Responses to MAKNA HARI RAYA NYEPI

  1. krisna says:

    thanks buat infonyaa

  2. Guli Mudiarcana says:

    tuisannya kurang teliti, karena Hari Nyepi jatuhnya pada sasih kedasa yaitu penaggal ke pertama di sasih ke dasa, sedangkan Tilem ke IX (kesanga) adalah penutup tahun saka, dimana pada tilem ke sanga diadakan pawai ogoh-ogoh>>>>MOHON di RALAT>>>

Leave a comment